Pages

25.5.09

Field Study

*Buat Bu Les*
Tanggal brapa tepatnya pokoknya akhir mei aja. ato kira2 21 mei-an gitu, lupa deh. udah jadi kebiasaan kelas aksel labschool ngadain field study, tempatnya d pondok maos. nah ini laporannya ye, males ngetik ulangnya. hem hem
 

Seluruh anak aksel 1 (Clabexviixeliant) berkumpul di sekolah pada pukul 08.00 pagi untuk persiapan pemberangkatan field study ke Pondok Maos, Sukabumi. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendekatkan diri pada masyarakat dan pelatihan dalam mengatasi berbagai macam permasalahan kependudukan. Sebelum berangkat, tentunya kami berdoa dan mendengarkan beberapa sambutan dari para guru terlebih dahulu.


Tepat pada pukul 09.30, kami menaiki bus pariwisata sebagai sarana ke Pondok Maos. Perjalanan ini membutuhkan waktu sekitar 2-3 jam untuk tiba sampai di sana. Pada pukul 12.00, kami sudah tiba di tempat tujuan. Gubuk yang kami tempati adalah Gubuk Rena. Selain gubuk tersebut, masih ada gubuk lainnya, seperti: Kantil, Adipala, Kemiri, dan Gintung. Hal pertama yang kami lakukan adalah pembagian kamar tidur. Terdapat 5 kamar tidur di gubuk Rena; 4 kamar tidur di lantai bawah dan 1 kamar tidur di lantai atas. Semua anak perempuan tidur di lantai bawah, dan laki-laki di lantai atas. Saya, Alvita, Ine, Sevi, Sarah, Sasya, Chaer, dan Fafa menempati kamar yang berkapasitas 8 orang. Shasha, Ratih, Dhyra, Bilqis, Aya, dan Eldisa menempati kamar berkapasitas 5 orang yang terletak di bagian paling belakang di depan kamar mandi. Meutia, Hana, Alandra, Malinda, dan Marsya menempati kamar yang berkapasitas 7 orang. Setelah pembagian kamar, kami semua shalat dzuhur dan makan siang di restoran Pondok Maos. Masakan di sana cukup enak, terlebih lagi dimakan bersama teman-teman. Selesai makan, kami langsung berkunjung ke balai desa dan pabrik batako untuk pengumpulan data sebagai bahan presentasi dan pembuatan display.
pondok maos
suasana disana
Balai Desa Pasawahan terletak di dekat Pondok Maos. Sambutan pertama dilanturkan oleh Bapak wakil Kepala Desa Pasawahan. Di sana, kami menanyakan beberapa hal sesuai dengan tugas masing-masing kelompok. Hal-hal yang kami tanyakan seputar pendidikan dan kependudukan di Desa Pasawahan. Unutngnya, semua pertanyaan dapat dijawab dengan mudah oleh Bapak Wakil Kepala Desa. Jadi, nantinya kami dapat membuat presentasi dan display dengan mudah. Setelah semua pertanyaan terjawab, kami melanjutkan kegiatan; yakni berkunjung ke home industry. Tempat yang kami kunjungi adalah pabrik batako dan tempat penggilingan padi. Di tempat pembuatan batako, saya melihat keseluruhan prosesnya. Ternyata, dibutuhkan tenaga yang ekstra kuat untuk membuat benda tersebut. Saya tertarik untuk mencoba membuatnya. Dan, Astsgfirullah! Ternyata membuat 1 batako saja sangat berat bagi saya. Tadinya, saya berpikir membuat batako itu mudah, karena semua pekerja di sana tampak membuatnya itu dengan santai dan ringan. Sulit membayangkan bagaimana orang-orang tersebut membuat 400 batako/hari. Mengangkat besi pencetaknya saja sudah berat, apalagi membawa hasilnya. Kini saya menyadari betapa beratnya perjuangan yang dilakukan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka. Memang dibutuhkan kerja keras untuk hidup.
tempat pembuatan batako
prosesnya


Setelah kelompok lain selesai dalam pengumpulan data, kami semua berkunjung tempat penggilingan padi. Tempatnya gelap, jadi saya tidak bisa melihat prosesnya dengan jelas. Suara mesin tersebut sangat bising dan berisik, hal itu membuat saya tidak bisa mendengar tahap-tahap yang harus dilakukan dalam proses penggilingan padi. Guru-guru kami sudah memberi isyarat agar semua anak berkumpul dan kembali ke gubuk. Setibanya di gubuk, kami istirahat, berganti pakaian karena seragam yang kami pakai tadi terkena kapur dan beberapa tanah liat yang menempel, dan menunaikan shalat Ashar. Nikmatnya, sepulang dari home industry tadi kami diberi kelapa muda batok. Yang membuat saya senang adalah karena bisa memakan salah 1 makanan favorit saya bersama teman-teman. Kegiatan kami selanjutnya adalah games psikologi yang diselenggarakan di gubuk Rena lantai 2. Beberapa kegiatannya antara lain: Menangkap dan melempar bola dengan tangan kiri, menyelesaikan teka-teki, menyusun lego, fashion show, dan masih banyak lagi. Namun sayangnya, kegiatan seru ini disela dengan istirahat mandi, shalat Maghrib sekaligus Isya, dan makan malam bersama.


Dalam lanjutan permainan ini, kami dibagi menjadi 2 kelompok besar; Kelompok saya adalah kelompok Lawas dengan ketua kelompok Eldisa, dan kelompok lain adalah d’Torix Jabrix dengan ketua kelompok Sarah Alya. Masing-masing kelompok diharuskan membuat yel-yel dan memberi nama kelompok. Setelah itu, kedua kelompok tersebut harus menunjukkan yel-yelnya di depan kelompok lain, atau bisa dibilang unjuk gigi. Tak selang lama, Pak Yusuf dan Pak Sarif (koordinator games psikologi) memberikan setengah tumpuk koran dan memerintahkan kepada masing-masing kelompok untuk membuatnya menjadi pakaian yang akan dipakai untuk fashion show nanti. Kelompok saya (kelompok Lawas) sepakat membuat ikat kepala, baju berpita setengah badan, gelang, cincin emo, dan rok model Jupe (pendek di bagian depan dan panjang dibagian belakang). Kelompok d’Torix mendapat giliran pertama untuk fashion show. Kami, kelompok Lawas tertawa terbahak-bahak melihat gaya dan aksi heboh dari mereka semua. Gaya mereka merupakan campuran vintage style dan rock style. Kedua gaya yang berbalik 180° dipadukan menjadi 1 dalam aksi kelompok d’Torix, sungguh kocak! Kini giliran kelompok saya untuk unjuk gigi. Awalnya, koreografi yang kami inginkan adalah membagi anggota kelompok menjadi dua bagian yang nantinya akan maju satu-persatu dan memamerkan gaya lawas. Namun rencana itu berbalik menjadi aksi frontal, yakni melepas koran yang dipakainya dan justru melemparkannya kepada penonton, sungguh hal yang norak! Namun tanpa disadari akupun melakukan hal yang sama, memalukan.


Setelah menyelesaikan semua permainan, kami semua diizinkan kembali ke kamar masing-masing. Tidak lupa pula para guru mengingatkan kami agar bangun tepa pada pukul 04.00 untuk menunaikan shalat Tahajud terlebih dahulu sebelum shalat Subuh. Saya, yang biasanya insomnia di rumah justru menjadi anak yang pertama kali terlelap di kamar. Karena saya berhalangan, saya bangun pukul 04.30 dan mendapatkan bahwa hanya saya seorang di kamar. Kemudian saya bergegas keluar kamar dan langsung melihat Sarah, Chaer, dan Eldis bermain billiard. Saya merasa beruntung karena bukan hanya saya seorang yang berhalangan. Tanpa langsung berpikiran panjang, saya langsung bergabung dalam permainan billiard itu walaupun saya tidak bisa menyodok bola. Di tengah permainan kami, terdengar suara gemuruh dari halaman belakang. Teman-teman saya sudah selesai shalat dan kami semua segera bersiap mandi dan sarapan.


Kami melanjutkan kegiatan setelah sarapan. Pagi ini, kami masih harus melengkapi kekurangan data. Setelah data terkumpul lengkap, kami mulai membuat display dan presentasi. Sampai pukul 11.00 siang, kelompok saya berhasil membuat 5/6 bab untuk presentasi dan telah selesai dalam mendekorasi display. Sehabis shalat Jumat, kami berkunjung ke pabrik Yakult. Saya menyimak dengan seksama semua hal tentang Yakult, karena permasalahan tentang bioteknologi adalah salah satu subbab dari tugas kelompok saya, kelompok 1. Kami diajak keliling pabrik Yakult dan ditunjukkan beberapa ruangan untuk proses pembuatan Yakult. Selain diajak keliling, kami juga diberi 3 botol Yakult. Rasa asli dari pabrik sangatlah segar dan manis, tidak seperti yang saya beli di supermarket; rasanya aneh, hambar, kecut, dan sudah menggumpal. Kunjungan ke pabrik ini membutuhkan waktu sekitar 1 jam saja, jauh dari perkiraan saya sebelumnya, yakni sekitar 3 jam. 
pabrik yakult
penyerahan tanda terimakasih
di pabrik yakult
clabex on yakult
Sepulang dari pabrik Yakult, kami melanjutkan pembuatan display dan presentasi. Namun sayangnya, kelompok kami harus mengulangi pembuatan sebagian data karena data tersebut hilang di waktu laptop yang kami pakai kehabisan baterai. Sedangkan data tersebut belum tersimpan. Aduh kesalnya! Batas waktu pembuatan display dan presentasi adalah pukul 17.00. Namun kami memulai presentasi sehabis maghrib. Waktu yang dibutuhkan untuk presentasi 4 kelompok sekaligus sekitar 2 setengah jam. Karena sangat lelah, seusai presentasi kami dianjurkan langsung tidur oleh para guru.
proses pembuatan display dan presentasi
presentasi dan display
kelompok saya
kelompok cowo saya
Hari ini adalah hari terakhir saya di Pondok Maos. Bisa dibilang juga, hari ini merupakan hari super bebas. Rencana hari ini antara lain: Bajak sawah, renang, dan makan di restoran mengapung Pinadar. Membayangkan kegiatannya saja sudah membuat saya bahagia, bagaimana nanti kalau mengerjakannya ya? Saya memang sengaja tidak mandi pagi karena kegiatan bajak sawah akan dimulai 1 setengah jam lagi. Sembari mengisi waktu luang, saya bermain di samping gubuk dimana terdapat ayunan, prosotan, ban duduk, dan ayunan bulat. Saya hampir menghabiskan sisa waktu di sana bersama teman-teman. Pada pukul 08.00, kegiatan bajak sawah dimulai. Kami menuju ke sawah yang kira-kira terletak 20m di belakang gubuk Rena. Sebelum kami memulai kegiatan, kami diberi instruksi dan sedikit pengayaan tentang penanaman padi. Saya memilih menanam padi untuk kegiatan pertama karena saya sempat merasa jijik apabila harus membajak sawah dengan kerbau dahulu. Namun nantinya kemi juga harus melakukan semua kegiatan itu.


Hal yang harus dilakukan sebelum menanam padi adalah membuat petaknya kira-kira 15x15m. Dalam praktik menanam padi, setengah pergelangan tangan harus masuk ke tanahnya. Saya tidak sanggup untuk melakukan itu. Jadi, hanya dengan tiga ruas jari sajalah saya menanam padi, sungguh memalukan. Kegiatan kedua adalah praktik membajak sawah dengan kerbau. Saya merasa sangat keberatan untuk melakukan yang satu ini. Namun karena melihat seluruh teman girang melakukannya, akhirnya sayapun mencoba. Saya duduk di kayu batangan bagian depan sedangkan Shasha duduk di bagian belakang. Dua buah kerbau pembajak tersebut tidak akan pernah mau berjalan sebelum dipukul ( atau bahasa Jawanya dipecut ) dengan seutas tali panjang. Karena saya yang duduk di bagian depan, pak tani menyuruh saya untuk memacut kerbau itu dengan keras. Saya tidak tega melakukannya. Karena kerbau tersebut tidak berjalan lagi, saya memberikan tali itu kepada Shasha. Huh! Kegiatan ini merepotkan saja! Namun sekarang saya telah mengetahui betapa keras usaha petani untuk menghasilkan tanaman pokok.


Selain dua kegiatan tersebut, masih ada 1 kegiatan lagi yang membuat saya terpaksa melakukannya, yaitu mencari 9 ekor ikan di dalam sawah. Untungnya, saya dapat menemukan ikan-ikan itu dengan mudah. Hanya saja, saya merasa geli apabila harus menangkapnya. Dengan terpaksa, saya berikan ikan tersebut kepada teman lain yang berani memegangnya. Setelah bekerja keras berkotor-kotor ria menanam padi dan membajak sawah, kami membilas badan dan bersiap untuk renang. Kolam renangnya cukup luas, terletak sekitar 200m di belakang gubuk Rena. Ketika pertama kali menceburkan badan, kaki saya mendadak kram seketika. Kalau boleh jujur, saya bisa mengatakan kalau air kolam renang hampir sedingin dengan air kulkas, namun segar bila mencebur ke dalamnya. Beruntungnya, tak ada satupun orang yang mengetahuinya. Kalau sampai ketahuan, betapa malunya saya! Belum berenang saja sudah kram


Dari seluruh kegiatan field study selama ini, satu yang paling saya suka adalah berenang bersama teman-teman. Kami semua menikmati kegiatan itu bersama. Penuh canda tawa, kekompakan, dan keakraban. Karena sudah cukup lama saya berenang, saya memutuskan untuk naik flying fox bersama beberapa teman lainnya. Karena ketinggiannya rendah dan nyaris menabrak pohon, saya menjadi kurang bisa menikmati flying fox ini.


Kini tiba waktu kami pulang. Sedih rasanya apabila harus meninggalkan Pondok Maos. Walaupun capek selalu saya hadapi, tetapi berat rasanya untuk mengahkiri sebuah kenangan yang telah dibuat bersama teman-teman. Rencana awalnya, kami akan check-out pada pukul 12.00. Namun, karena kami berenang terlalu lama, jadi kami meninggalkan Pondok Maos tepat pada pukul 12.30. Kami akan mengunjungi restoran seafood Pinadar sebagai tempat makan siang. Di restoran tersebut, kami memakan nasi box dengan mengapung sambil mengitari keadaan di sekelilingnya. Pemandangannya tak sebagus seperti yang saya harapkan. Memang ada beberapa kebun dan hutan kecil, namun juga terdapat beberapa pemukiman kumuh yang merusak pemandangan. Sinar matahari juga menyengat, hal itu membuat saya menjadi lebih tidak nafsu makan. Pada akhirnya, makanan terpaksa tidak saya habiskan. Harapan saya adalah memakan seekor gurame besar, cumi goring, tepung, atau semacamnya, dan seafood lainnya. Ternyata, yang diberikan pada kami hanyalah nasi box dengan lauk ayam, capcai, dan sisanya saya lupa. Yaaah, paling tidak bersyukur sudah dianugrahi makanan.Namun sayangnya, makanan itu bisa dibilang kurang memuaskan (kurang enak).
di resto apung pinadar
Setelah makan, kami melanjutkan perjalanan pulang pada pukul 15.30. Sepanjang perjalanan, hampir seluruh anak menghabiskan waktunya dengan tidur. Karena, pada saat kami masih di Pondok Maos, hampir semua anak perempuan ngobrol di waktu malam dan tidur di atas jam 12 malam. Tidak terasa, kami sudah tiba di SMP Labschool Jakarta pada pukul 17.00, terlambat 1 jam dari rencana awal. Setelah saya dijemput oleh orangtua, saya langsung pulang dan tidur dengan lelapnya.



Begitulah cerita saya selama kegiatan field study ini. Saya sangat berharap kegiatan seperti ini bisa terulang lagi.